Ini fakta, di Jakarta khususnya, kondisi trotoar yang buruk memaksa pejalan kaki menyingkir dari “habitatnya”. Mau mencari pedagang apa saja, mulai dari pedagang makanan, Koran, isi ulang pulsa, hingga pedagang telepon seluler dan obat gosok, semua ada di trotoar.
Ada lagi tukang ojek yang mangkal di trotoar sambil leyeh – leyeh menunggu penumpang. Bahkan ada juga tempat penitipan motor di atas trotoar lengkap dengan petugas berseragamnya.
Belum lagi para pengendara sepeda motor yang nekat menyerobot naik ke atas trotoar , terutama jika sedang macet. Malah para pengendara motor ini kadang lebih “GALAK” daripada pejalan kaki yang seharusnya menjadi “PEMILIK” trotoar. Pernah ada seorang karyawati dibentak oleh pengendara motor karena karyawati tersebut dirasa menghalangi jalan motornya, padahal karyawati itu berjalan di “TROTOARNYA”..!!!
Sejauh mana kota besar seperti Jakarta memperlakukan para pejalan kakinya?
Trotoar yang nyaman adalah elemen dasar bagi sebuah kota yang demokratis. Di trotoar, masyarakat dari berbagai kelas sosial bertemu dalam status yang sama, sebagai pejalan kaki. Trotoar juga merupakan ruang interaksi sosial warga kota. Bukan hanya interaksi antar manusia, melainkan juga interaksi manusia dengan lingkungan kotanya. Hanya dengan berjalan kaki, orang bisa mencium bau rumput, menghirup udara segar, atau merasakan percikan air mancur di taman kota.
Buruknya kondisi trotoar di Jakarta tercatat pada hasil penelitian yang dilakukan lembaga Clean Air Initiative for Asian Cities Center yang dibiayai oleh Bank Pembangunan Asia . Dinilai dari aspek aksesibilitas pejalan kaki, dari 13 kota Asia yang diteliti, Jakarta memiliki ranking terendah. Hal ini dinilai dari :
perilaku pengendara motor terhadap trotoar
kemanan dari kejahatan
infrastrukur untuk penyandang cacat.
Sering kita melihat bagaimana indahnya keadaan trotoar di Negara – Negara Eropa dan Negara lainnya. Trotoar hidup dengan tertata, rapi, nyaman, bersih. Kesenian jalanan ditampilkan dengan terstruktur. Dan tersedia pula rambu khusus bagi para pejalan kaki. Bahkan di Negara maju, trotoar adalah asset utama bagi para warga negaranya. Para businessman, sekretaris, dan tak ketingalan para elite yang berpakaian parlente berduyun-duyun menyusuri trotoar. Trotoar bukan pemisah kasta, semua membaur. Namun disini, di Negara tercinta ini, seakan terlihat jelas bahwa PEJALAN KAKI ADALAH ORANG SUSAH.. Sementara disana, di jalan raya, didominasi oleh para elite bermobil yang sombong dengan macetnya mobil mulus mereka.
Apa pejalan kaki sudah mendapatkan tempat selayaknya di trotoar?
Kami tidak meminta banyak, tidak meminta mobil mewah, hanya trotoar yang ramah bagi para rakyat pejalan kaki^^
2 komentar:
wkwkwk kasian nasib pejalan kaki yg harus megalah pada mesin beroda dua itu wkwk
salam hangat salam knal:)
iyaakk... karena aq pejalan kaki tulen dari SD ampe kuliah mao kelar sekarang jd bisa ngerasain de.. T_T
Posting Komentar