Senin, 31 Januari 2011

Where's the Sea Culture..???

Dari zaman nenek moyang dulu, bangsa Indonesia terkenal akan kemampuan melautnya Tentu saja dikarenakan letak Negara ini yang berada pada posisi strategis. Maka tak heran ada lagu

“Nenek moyangku orang pelaut..
Gemar mengarung luas samudra..
Mengejar ombak tiada takut..
Menempuh badai sudah biasa..
Angin bertiup layar berkembang ..
Ombak berdebur di tepi pantai..
Pemuda brani bangkit segera..
Ke laut kita beramai-ramai.. “

Lagu ini membuktikan betapa bangsa Indonesia sejak jaman dulu sangat menguasai bidang maritim. Tak heran banyak sekali suku – suku pelaut dari negeri kita ini. Salah satu suku pelaut yang terkenal adalah suku Bajo yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Masyarakat suku Bajo terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka juga disebut sebagai gipsi laut karena hidup berpindah – pindah dengan mendirikan rumah di atas tumpukan batu karang di tengah laut yang dikenal dengan nama RUMAH TANCAP. Suku ini hidup secara turun temurun dari hasil melautnya, hidup dengan budaya kelautannya, dan kebiasaan khas bangsa pelaut..

Tapi itu dulu..

Seiring perkembangan zaman, satu persatu dan perlahan kebiasaan dan semua hal tentang laut tersebut memudar dan terkikis.  Hampir tak ditemukan lagi cirri khas mereka sebagai gipsi laut. Semua rumah telah menjadi rumah tinggal tetap yang berdinding batu kokoh , walaupun masih ada sebagian kecil komunitas yang tetap berumahkan Rumah Tancap. Hampir semua anak muda suku ini tak ada yang meneruskan lagi budaya kelautannya, kegiatan diisi dengan hal – hal yang berbau teknologi . Bahkan mereka telah banyak yang mengetahui facebook dan ajang komunitas pencarian bakat. Sulit juga ditemukan cara transportasi mereka yang menggunakan Koli – koli atau perahu kecil sebagai sarana transport. Dapat dengan mudah dijumpai penggunaan sepeda motor sebagi pengganti Koli –koli tersebut. Piringan cakram sudah tak heran lagi dan peralatan elektronik lainnya di dalam rumah mereka.  Masyarakat sudah sangat melek teknologi dan tidak ketinggalan zaman.

Hal ini adalah sebuah kondisi yang dilematis. Di satu sisi teknologi sudah merambah bahkan ke pelosok daerah sekaligus. Tapi di sisi lain hal ini mengubah cara pandang dan budaya yang telah lama mengakar. Mungkin beberapa masyarakat yang sepuh masih memegang tradisi, namun bagaimana dengan para pemudanya..? Mungkin mereka lebih peduli pada perkembangan zaman yang mudah diperoleh dari berbagai media elektronik. Mungkin mereka tak tahu lagi bagaimana cara membuat kapal yang kokoh sebagaimana yang nenek moyang mereka biasa lakukan dulu. Mungkin mereka tak tahu bagaimana teknik membaca rasi bintang sebagai penunjuk jalan ala pelaut.. Siapa yang akan meneruskan tradisi kelautan ini jika tak ada yang peduli..?

Sesungguhnya teknologi itu bagus dan sangat penting agar bangsa ini semakin cerdas dan tak ketinggalan Tapi alangkah lebih bagusnya lagi bila teknologi itu digabungkan dengan tradisi..
Suku Bajo telah menghadapi babak baru dalam kehidupan ..
Meskipun demikian, motto “ LAUT ADALAH SAUDARAKU “ tak akan pernah hilang dari ingatan mereka..

Rabu, 12 Januari 2011

The Real Moslem Woman.. ( I Hope )



Jangankan Lelaki, Nabi pun sunyi tanpa wanita..
Tanpa wanita pikiran dan perasaan lelaki akan resah..
Masih mencari walau ada segalanya..

Apa yang tiada dalam surga..?
Namun ADAM tetap rindukan HAWA..

Wanita dijadikan daripada tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki..

Luruskanlah wanita dengan jalan yang ditunjukkan oleh ALLAH SWT..

Jangan coba menjinakkan meraka dengan harta, karena mereka akan alpa dan lupa..
Akal setipis rambutnya tebalkanlah ia dengan ilmu..

Hatinya serapuh kaca kuatkanlah ia dengan iman..

Perasaannya selembut sutra hiasi dengan akhlak..

Jangan mengharapkan istri semulia Fatimah Az Zahra andai dirimu tidak sehebat Saidina Ali..