Ketika Kesempurnaan itu Membunuh..
Adalah Darren Aronofsky, sang sutradara yang berhasil menyuguhkan sebuah tampilan yang sangat mengilukan dan membuat ngeri yang dibalut dengan keindahan sebuah seni balet.
Ketika seseorang dituntut untuk tampil sempura, yang disertai dengan tekanan di sekelilingnya, hanya akan menghasilkan ilusi dan menabrak batas kerasionalan diri sendiri. Ambisi inilah yang dihadapi Nina Sayers, yang sangat dikontrol dan diharuskan sang ibu untuk bisa menjadi pebalet yang sempurna, serta koreografer balet yang menilai hasil balet Nina belum sepadan dengan Sang Ratu Angsa yang diharapkannya. Thomas si koreografer menginginkan tokoh Ratu Angsa kali ini tidak sekedar menampilkan sosok angsa yang polos, anggun, penuh kontrol, berhati – hati , dan transparan, namun juga menampilkan sosok Angsa Hitam yang menggoda, berenergi, dan memiliki aura kelam. Hal inilah yang menjadi kesulitan bagi Nina untuk menampilkan dua sosok yang berbeda sekaligus.
Ditambah dengan kehadiran Lily, tokoh yang merupakan kebalikan dari Nina, introvert, impulsif, dan sensual. pebalet lain yang sebenarnya kehadirannya tidak bermaksud apapun terhadap Nina. Tapi Nina sendirilah yang memunculkan halusinasi bahwa Lily akan mengambil perannya, berusaha menggodanya dan melakukan hal yang tidak pantas terhadap Nina. Nina tidak lagi bisa membedakan mana waktu kejadian yang nyata dan hasil halusinasinya.
Rasa frustasi yang semakin hari membelenggunya semakin membuatnya menghilangkan kontrol dirinya. Nina membangun dan menciptakan sendiri “The Other”, kebalikan dari tokoh White Swan , yaitu si Black Swan sebagai representasi dari Lily, yang dianggapnya berusaha merebut peran Ratu Angsa darinya. Dalam dunia Black Swan nya itu, Nina membunuh tokoh Lily hasil rekaannya sendiri dan menganggap dirinya sudah berhasil menjadi The Really Black Swan seperti yang diharapkan Thomas.
Pergulatan yang hebat di “ dunia dalam “ Nina membuatnya sangat kabur dengan realita dan fantasi. Sehingga dia menyakiti diri sendiri seperti menggaruk sampai berdarah, mengelupasi kulit, dan merasa bahwa dirinya sudah benar- benar berubah menjadi si Hitam yang jahat ketika tumbuh bulu – bulu hitam yang menyeruak dari kulitnya, kakinya berselaput dan bengkok seperti angsa, serta mata angsa hitam yang memerah.
Sangat tidak mengherankan ketika film ini menyabet Golden Globe 2010, karena Natalie Portman benar – benar bisa menampilkan sosok yang rapuh dan interpretasinya terhadap rasa ngilu, sakit, dan tertekan mebuat penonton ikut merasakan. Meskipun bukan termasuk film horror, namun tetap digolongkan sebagai Drama Hitam yang dibalut dengan keanggunan dan keindahan.
Sebagai penutup, Nina merasa sangat hidup ketika pertunjukan selesai dan mendengar penonton meneriakkan namanya, mendapat pujian dari rekan balet dan Thomas, serta air mata haru ibunya. Sedangkan dia menusuk dirinya sendiri yang beberapa menit sebelumnya dia menyangka yang ditusuknya adalah Lily..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar